BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kenakalan
remaja bukanlah merupakan suatu masalah yang baru muncul kepermukaan, tetapi
masalah ini sudah ada sejak berabad-abad yang lampau dan menjadi persoalan yang
aktual hampir di semua negara-negara di dunia, termasuk di Indonesia, dan
masalah ini bukan hanya terjadi di wilayah perkotaan bahkan sekarang sampai ke
wilayah pedesaan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Romli Atmasasmita ( 1983 :23 ) bahwa : “Kenakalan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang anak yang dianggap bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang bcrlaku di suatu negara yang oleh masyarakat itu sendiri dirasakan serta ditafsirkan sebagai perbuatan tercela”.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Romli Atmasasmita ( 1983 :23 ) bahwa : “Kenakalan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang anak yang dianggap bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang bcrlaku di suatu negara yang oleh masyarakat itu sendiri dirasakan serta ditafsirkan sebagai perbuatan tercela”.
Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kenakalan merupakan suatu pengertian
yang memuat segi-segi juridis maupun segi-segi sosiologis. Selanjutnya
pengertian remaja dikemukakan oleh Zakiah Daradjat (1974:35) adalah:“Remaja
adalah usia transisi. Seseorang individu telah meninggalkan usia kanak-kanak
yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat
dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat.
Banyaknya masa transisi ini tergantung kepada keadaan dan tingkat sosial
masyarakat dimana dia hidup. Semakin maju masyarakat semakin panjang usia
remaja karena ia harus mempersiapkan diri untuk menyesuaikan dalam masyarakat
yang banyak syarat dan tuntutannya”.
Berdasarkan
pada kenyataan ini, sangat dituntut peranan keluarga ataupun orang tua untuk
mengarahkan anak-anak remaja, sehingga tidak terjerumus kenakalan remaja.
Disamping itu masyarakat juga harus turut berpartisipasi untuk mencegah
timbulnya kenakalan remaja karena adaiah kewajiban setiap orang untuk ikut
berpikir dan bertindak mengarahkan kehidupan para remaja untuk menjadi orang
yang berguna bagi bangsa dan ncgara. Dalam hal ini turut pula peranan pihak
kepolosian sebagai salah satu instansi yang paling berwenang dalam mengatasi
dan mengantisipasi kenakalan remaja.
Pada masa sekarang di Amerika Latin,
dan Eropa Timur, tingkat infeksinya HIV di kalangan pengguna jarum suntik di
atas empat puluh persen. Di Estonia, angka itu lebih dari
tujuh puluh dua persen. Dalam makalah ini, saya ingin memperlihatkan bagaimana
keadaan pergaulan remaja saat ini yang berada dalam keadaan kritis terhadap
moralnya. Dan, saya juga ingin memberikan manfaat dan cara-cara penanggulangan
bahaya dari pergaulan remaja, dengan melakukan berbagai macam hal dan tindakan
yang berguna bagi keluarga, bangsa, dan agama.
Remaja pada belakangan ini sangat memprihatikan
dalam keadaan moralnya. Banyak kasus-kasus yang ditangani oleh pihak kepolisian
karena kelakuan remaja yang berada diluar garis moralitas remaja. Sehingga
moral remaja saat ini berada di garis keparahan. Maka, Makalah ini mengangkat
judul “ Kenakalan Remaja terhadap Moral
Bangsa”
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1.
Apakah yang dimaksud dengan moral?
2.
Apa pengertian kenakalan remaja?
3.
Apa saja teori tentang perilaku
kenakalan remaja?
4.
Apa saja jenis-jenis kenakalan remaja?
5.
Apa saja ciri – ciri kenakalan remaja?
6.
Apa penyebab kenakalan remaja?
7.
Apa
saja dampak kenakalan remaja dan contoh kenakalan remaja?
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah
ini sebagai beriku:
1.
Mengetahui Pengertian Moral
2.
Mengetahui Pengertian Kenakalan Remaja
3.
Mengerti tentang Teori Perilaku
Kenakalan Remaja
4.
Mengetahui Jenis-jenis Kenakalan Remaja
5.
Mengetahui Ciri – Ciri Kenakalan Remaja
6.
Mengetahui Penyebab Kenakalan Remaja
7.
Mengetahui
Dampak Kenakalan Remaja dan Contohnya
1.4 Manfaat Penulisan
makalah ini di buat untuk mengetahui
akan permasalahan remaja saat ini dengan memberikan beberapa manfaat kepada:
1.
Orang Tua
· Memberikan
informasi kepada orang tua bahwa penelitian ini dapat digunakan untuk
menyikapi, menanggulangi, dan menyadarkan kepada anak.
·
Memberikan semangat baru dalam
pendidikan pergaulan remaja, termasuk di rumah dan di sekolah.
2. Masyarakat
· Memberikan
pengetahuan yang lebih baru dan lebih luas tentang remaja.
· Menghindari
tindakan-tindakan yang menyeleweng dari pihak-pihak tertentu kepada remaja.
·
Mengetahui cara pencegahan dan penyelesaian akibat
kenakalan yang dilakukan remaja saat ini.
BAB
II
ISI
2.1
Pengertian Moral
Kata moral merupakan kata yang berasal dari bahasa latin
‘mores’, mores sendiri berarti adat kebiasaan atau suatu cara hidup. (Gunarsa,
1986) Moral pada dasarnya adalah suatu rangkaian nilai dari berbagai macam
perilaku yang wajib dipatuhi. (Shaffer, 1979) Moral dapat diartikan sebagai
kaidah norma dan pranata[1]
yang mampu mengatur perilaku individu dalam menjalani suatu hubungan dengan
masyarakat. Sehingga moral adalah hal mutlak atau suatu perilaku yang harus
dimiliki oleh manusia.
Moral secara ekplisit merupakan berbagai hal
yang memiliki hubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa adanya moral
manusia tidak akan bisa melakukan proses sosialisasi. Moral pada zaman sekarang
memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap
amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Menurut Immanuel Kant, moralitas adalah hal kenyakinan serta sikap batin
dan bukan hanya hal sekedar penyesuaian dengan beberapa aturan dari luar, entah
itu aturan berupa hukum negara, hukum agama atau hukum adat-istiadat.
Selanjutnya dikatakan jika, kriteria mutu moral dari seseorang adalah hal
kesetiaannya terhadap hatinya sendiri.
Dalam kamus filsafat terdapat beberapa pengertian dan arti moral
yang diantaranya adalah sebagai berikut:
- Memiliki
kemampuan untuk diarahkan (dipengaruhi)
oleh keinsyafan benar atau salah, kemampuan untuk mengarahkan
(mempengaruhi) orang lain sesuai dengan kaidah-kaidah perilaku nilai benar
dan salah.
- Menyangkut
cara seseorang bertingkah laku dalam berhubungan dengan orang lain.
- Menyangkut
kegiatan-kegiatan yang dipandang baik atau buruk, benar atau salah, tepat
atau tidak tepat.
- Sesuai
dengan kaidah-kaidah yang diterima, menyangkut apa yang dianggap benar,
baik, adil dan pantas.
2.2
Pengertian Kenakalan Remaja
Juvenile delinquency ( kenakalan
remaja ) ialah perilaku jahat/dursila, atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda
merupakan patologis[2]
secara sosial pada anak-anak dan remaja
yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu
mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.
Menurut Paul
Moedikdo,SH kenakalan Remaja adalah :
- Semua
perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak
merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana[3],
seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
- Semua
perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan
keonaran dalam masyarakat.
- Semua
perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Menurut
Resolusi PBB 40/33 tentang UN Standard Minimum Rules for the Administration of
Juvenile Justice ( Beijing Rules ) khusus dalam rules 2.2 kenakalan remaja adalah salah seorang anak atau orang muda (
remaja ) yang melakukan perbuatan yang ‘dapat dipidana’ menurut sistem hukum
yang berlaku dan diperlakukan secara berbeda dengan orang dewasa.
Remaja yang
kebanyakan orang mengartikan bahwa masa peralihan antara masa kanak-kanak
menjadi dewasa. Dalam masa ini anak-anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan
secara fisik dan psikis.Mereka bukanlah anak-anak baik secara fisik, cara
berpikir, ataupun cara bertindak. Tetapi bukan pula dikatakan orang dewasa yang
telah matang secara fisik maupun
psikisnya.
Kenakalan remaja sudah menjadi
masalah di semua negara. Setiap tahun tingkat kenakalan remaja ini menunjukan
peningkatan, sehingga mengakibatkan terjadinya problema sosial. Lingkungan
sangat berpengaruh besar dalam pembentukan
jiwa remaja. Bagi remaja yang ternyata salah memilih tempat atau kawan
dalam bergaulnya. Maka yang akan terjadi kemudian adalah berdampak negatif
terhadap perkembangan pribadinya. Tapi, bila dia memasuki lingkungan pergaulan
yang sehat, seperti memasuki organisasi pemuda yang resmi diakui oleh
pemerintah, sudah tentu berdampak positif bagi perkembangan kepribadiannya.
BATASAN TENTANG REMAJA
Perkembangan usia anak hingga
dewasa dapat diklasifikasikan menjadi lima yaitu :
a. Anak,
seorang yang berusia di bawah 12 tahun
b. Remaja
dini, seorang yang berusia 12 – 15 tahun
c. Remaja
penuh, seorang yang berusia 15 – 17 tahun
d. Dewasa
muda, seorang yang berusia 17-21 tahun
e. Dewasa,
seorang berusia di atas 21 tahun.
Remaja adalah masa peralihan
dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli sependapat bahwa remaja adalah mereka
yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun.
2.3 Teori Perilaku Kenakalan Remaja
Berikut ini adalah beberapa teori tentang
penyebab kelakuan kenakalan remaja :
1. Teori Differential Asociation
Teori yang
dikemukakan oleh E. Sutherland ini pada dasarnya melandaskan diri pada proses
belajar. Kejahatan seperti juga perilaku pada umumnya merupakan suatu yang
dipelajari.
2. Teori Anomie
Teori anomie
yang diajukan Robert Merton merupakan teori yang berorientasi pada kelas-kelas
sosial. Istilah anomie sendiri sebetulnya berasal dari seorang pakar sosiologi
Perancis, Emile Durkeim, yang berarti suatu keadaan tanpa norma. Konsep anomie
ini kemudian oleh Merton diformulasikan dalam rangka menjelaskan keterkaitan
antara kelas-kelas sosial dengan kecenderungan pengadaptasiannya dalam sikap
dan perilaku kelompok. Merton berusaha menunjukkan bahwa berbagai struktur sosial
yang mungkin terdapat di masyarakat dalam realitasnya telah mendorong
orang-orang dengan kualitas tertentu cenderung berperilaku menyimpang ketimbang
mematuhi norma-norma kemasyarakatan.
3.Teori Sub-budaya Delinkuen
Teori ini
dilontarkan oleh Albert K Cohen, yang menjelaskan terjadinya peningkatan perilaku delinkuen[4] di daerah kumuh. Fokus perhatiannya terarah pada satu
pemahaman bahwa perilaku delinkuen di kalangan usia muda, kelas bawah merupakan
cerminan ketidakpuasan mereka terhadap norma-norma dan nilai kelompok kelas
menengah yang mendominasi.
4. Teori Netralisasi
Pada dasarnya
teori netralisasi ini beranggapan bahwa aktivitas manusia selalu dikendalikan
oleh pikirannya. Menurut teori ini orang-orang berperilaku jahat atau
menyimpang disebabkan adanya kecenderungan di kalangan mereka untuk
merasionalkan norma-norma dan nilai-nilai ( yang seharusnya berfungsi sebagai
pencegah perilaku jahat ) menurut persepsi dan kepentingan mereka sendiri.
5. Teori Kontrol
Teori kontrol
atau sering juga disebut teori kontrol sosial berangkat dari asumsi atau
anggapan bahwa individu di masyarakat mempunyai kecenderungan yang sama
kemungkinannya, menjadi ‘baik’ atau ‘jahat’. Baik jahatnya seseorang sepenuhnya
tergantung pada masyarakatnya membuatnya demikian, dan menjadi jahat apabila
masyarakatnya membuatnya demikian.
2.4 Jenis-jenis
Kenakalan Remaja
Seperti
yang sudah diuraikan diatas, maka kenakalan remaja yang dimaksud di sini adalah
perilaku yang menyimpang dari atau melanggar hukum. Jensen (1985), membagi
kenakalan remaja menjadi 4 jenis yaitu:
1.) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain; perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan dan lain- lain.
2.) Kenakalan yang menimbulkan korban materi; pemerasan, pencurian
3.) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain;
pelacuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang,hubungan seks pranikah
4.) Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan membolos, melanggar disiplin sekolah. Mengingkari status sebagai anak orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya. Pada usia mereka,perilaku-perilaku mereka memang belum melanggar hukum dalam arti yang sesungguhnya karena yang dilanggar adalah status-status dalam lingkungan primer (keluarga) dan sekunder (sekolah) yang memang tidak diatur oleh hukum secara terinci. Akan tetapi kalau kelak remaja ini dewasa, pelanggaran status ini dapat dilakukannya terhadap atasannya di kantor atau petugas hukum di masyarakat. Karena itulah pelanggaran status ini oleh Jensen digolongkan juga sebagai kenakalan dan bukan sekedar perilaku menyimpang.
1.) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain; perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan dan lain- lain.
2.) Kenakalan yang menimbulkan korban materi; pemerasan, pencurian
3.) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain;
pelacuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang,hubungan seks pranikah
4.) Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan membolos, melanggar disiplin sekolah. Mengingkari status sebagai anak orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya. Pada usia mereka,perilaku-perilaku mereka memang belum melanggar hukum dalam arti yang sesungguhnya karena yang dilanggar adalah status-status dalam lingkungan primer (keluarga) dan sekunder (sekolah) yang memang tidak diatur oleh hukum secara terinci. Akan tetapi kalau kelak remaja ini dewasa, pelanggaran status ini dapat dilakukannya terhadap atasannya di kantor atau petugas hukum di masyarakat. Karena itulah pelanggaran status ini oleh Jensen digolongkan juga sebagai kenakalan dan bukan sekedar perilaku menyimpang.
Menurut tempat terjadinya kenakalan tersebut,
kenakalan remaja dibagi menjadi:
- Kenakalan dalam keluarga: Remaja yang labil umumnya
rawan sekali melakukan hal-hal yang negatif, di sinilah peran orang tua
sangat berpengaruh terhadap tindakan-tindakan yang akan seorang anak
lakukan. Orang tua harus mengontrol dan mengawasi putra-putri mereka
dengan melarang hal-hal tertentu.Namun, bagi sebagian anak remaja,
larangan-larangan tersebut malah dianggap hal yang buruk dan mengekang
mereka. Akibatnya, mereka akan memberontak dengan banyak cara, tidak
menghormati orang tua, berbicara kasar pada orang tua, atau mengabaikan
perkataan orang tua adalah contoh kenakalan remaja
dalam keluarga.
- Kenakalan dalam pergaulan: Dampak kenakalan remaja
yang paling nampak adalah dalam hal pergaulan.
Sampai saat ini, masih banyak para remaja yang terjebak dalam pergaulan
yang tidak baik. Mulai dari pemakaian obat-obatan terlarang sampai seks
bebas. Menyeret remaja pada sebuah pergaulan buruk memang relatif mudah,
dimana remaja sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal negatif yang
menawarkan kenyamanan semu. Akibat pergaulan bebas inilah remaja, bahkan
keluarganya, harus menanggung beban yang cukup berat.
- Kenakalan dalam pendidikan: Kenakalan
dalam bidang
pendidikan memang sudah umum terjadi, namun
tidak semua remaja yang nakal dalam hal pendidikan akan menjadi sosok yang
berkepribadian buruk, karena mereka masih cukup mudah untuk diarahkan pada
hal yang benar. Kenakalan dalam hal pendidikan misalnya, membolos sekolah,
tidak mau mendengarkan guru, tidur dalam kelas, dll.
2.5
Ciri – Ciri Kenakalan Remaja
Ciri-ciri kenakalan
remaja mulai tampak pada remaja itu sendiri dengan mereka melakukan perbuatan-perbuatan
yang tidak baik, antara lain :
a). Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan dengan
kecepatan yang melampaui kecepatan maksimum yang di tetapkan, sehingga dapat
mengganggu bahkan membahayakan pemakai jalan yang lain.
b). Peredaran pornografi di kalangan pelajar,
baik dalam bentuk gambar-gambar cabul atau tidak senonoh, majalah dan cerita
porno yang dapat merusak moral anak, sampai peredaran obat-obat perangsang
nafsu seksual, kontrasepsi penyalahgunaan barang-barang elektronik (misal
internet dan handphone) dan sebagainya.
c). Anak-anak yang suka pengerusakan-pengerusakan
terhadap barang-barang atau milik orang lain seperti mencuri, membuat
corat-coret yang mengganggu keindahan lingkungan, mengadakan sabotase[5]
dan sebagainya.
d). Membentuk kelompok atau gang dengan ciri-ciri
dan tindakan yang menyeramkan, seperti kelompok bertato, kelompok berpakaian acak-acakan,
blackmetal. Yang diikuti oleh tindakan yang tercela yang mengarah pada
perbuatan anarkis.
e). Berpakaian dengan mode yang tidak sesuai
dengan keadaan lingkungan, misal: memakai rok mini, youcansee, memakai pakaian
yang serba ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya, dan di pandang kurang sopan
di mata lingkunganya.
f). Mengganggu/mengejek orang-orang yang melintas
di depanya, seperti jika menoleh atau marah sedikit saja di anggapnya membuat
gara-gara untuk dikerjain.
Sedangkan menurut PPDGJ III pedoman diagnostik untuk gangguan tingkah laku
( F-91)
1.
Gangguan tingkah laku berciri khas dengan adanya pola tingkah laku dissosial,
agresif atau menentang yang berulang dan menetap.
2.
Penilaian tentang adanya gangguan tingkah laku perlu memperhitungkan tingkat
perkembangan anak. Tempertantrum merupakan gejala normal pada perkembangan anak
berusia 3 tahun, dan adanya gejala ini bukan merupakan dasar bagi diagnosis[6] ini. Begitu pula pelanggaran terhadap hak orang lain
(seperti tindak pidana dengan kekerasan) tidak termasuk kemampuan anak berusia
7 tahun dan dengan demikian bukan merupakan kriteria diagnostik bagi anak
kelompok usia tersebut.
3.
Diagnosis ini tidak dianjurkan kecuali tingkah laku seperti yang diuraikan di
atas Adapula Gejala-gejala yang dapat dilihat pada anak yang
mengalami kenakalan remaja adalah :
a. Anak
tidak disukai teman-temannyasehingga bersikap menyendiri.
b. Anak
sering menghindar dari tanggungjawab mereka di rumah dan di sekolah.
c. Anak
sering mengeluh kalau mereka memiliki permasalahan yang mereka sendiri tidak
bisa selesaikan.
d. Anak
mengalami phobia atau gelisah yang berbeda dengan orang-orang normal.
e. Anak
jadi suka berbohong.
f.
Anak suka menyakiti teman-temannya.
g. Anak
tidak sanggup memusatkan perhatian.
h.
Anak suka membolos dari
sekolah dan lari dari rumah
j.
Anak berperilaku
provokatif yang menyimpang
k.
Anak bersikap menentang
yang berat dan menetap
2.6
Penyebab Kenakalan Remaja
Beberapa penyebab dari kenakalan remaja
meliputi gangguan-gangguan perilaku. Penyebab gangguan perilaku mungkin berasal
dari anak sendiri atau mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua
faktor ini saling mempengaruhi.
·
Anak sendiri
a. Penyebab yang diturunkan. Diketahui bahwa
ciri dan bentuk anggota tubuh orang tua dapat diturunkan kepada anaknya.
Demikian juga beberapa sifat kepribadian yang umum dapat diturunkan dari
orangtua kepada anaknya.
b. Penyebab yang diperoleh pada waktu anak
berkembang. Telah lama diketahui bahwa gangguan otak seperti trauma kepala, ensefalitis[8], neoplasma dan lain-lain dapat mengakibatkan
perubahan kepribadian. Anak dengan sindroma[9] otak organik ini mungkin menunjukkan hiperkinesia[10], kegelisahan, kecenderungan untuk merusak dan
kekejaman.
·
Lingkungan
Meskipun faktor-faktor yang
diturunkan itu mempengaruhi perilaku anak, akan tetapi faktor lingkungan sering
lebih menentukan. Dan karena lingkungan itu dapat diubah maka dengan demikian
gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dapat dicegah. Beberapa penyebab
gangguan perilaku yang berasal dari lingkungan ialah:
1.
Orangtua
Gangguan yang disebabkan oleh orang tua misalnya sikap
orang tua yang terlalu overprotective[11] terhadap
remaja, kurangnya perhatian dan kasih sayang yang ditujukan pada remaja
tersebut, sikap pilih kasih antara remaja tersebut dengan saudara-saudara
lainnya, kurangnya pengawasan dari orang tua, atau bahkan karena keadaan status
keluarganya yang brokenhome[12].
2.
Saudara-saudara
Gangguan ini disebabkan karena pengaruh dari sikap
saudara-saudaranya yang melenceng dari norma yang ada, sehingga remaja tersebut
mencontoh perilaku saudaranya.
3.
Hubungan di
sekolahnya
Dalam kasus ini pengaruh teman sangat besar terhadap
pengaruh moral remaja. Biasanya remaja saat ini berkelompok dan melakukan
sesuatu yang sama dengan teman sekelompoknya. Sedangkan banyak remaja itu
sendiri yang tidak tahu apa perilaku itu benar atau tidak.
2.7 Dampak Kenakalan Remaja dan
Contoh Kenakalan Remaja
Saat ini,
hampir tidak terhitung berapa jumlah remaja yang melakukan hal-hal negative
(kenakalan remaja). Bahkan, dari dampak kenakalan remaja tersebut, banyak sekali kerugian yang terjadi, baik
bagi remaja itu sendiri maupun orang-orang di sekitar mereka. Berikut beberapa
dampak negative yang akan diperoleh bila seorang remaja melakukan suatu
tindakan menyimpang (kenakalan remaja).
·
Kebiasaan melakukan hal yang buruk
seperti kenakalan-kenakalan yang telah disebutkan di atas akan membentuk kepribadian atau akhlak yang buruk
bagi pelakunya yang dikhawatirkan kebiasaan tersebut akan sangat sulit
untuk diubah kedepannya.
·
Remaja yang melakukan tindakan menyimpang akan
dihindari bahkan dikucilkan oleh banyak
orang, dan tidak menuntut kemungkinan dia akan dianggap sebagai pengganggu
serta bisa saja kehadirannya tidak diharapkan lagi bagi orang-orang
disekitarnya.
·
Akibat adanya tindakan dikucilkan dari
oarang-orang disekitarnya, remaja tersebut bisa mengalami gangguan jiwa. Yang
dimaksud dengan gangguan jiwa disini bukanlah gila, tapi ia akan merasa terasing dari kehidupan
bersosialisasi yang ada disekitarnya, yang akhirnya ia akan merasa sangat
sedih, bahkan membenci orang-orang disekitarnya.
·
Masa
depannya suram. Hal ini terjadi karena, kebanyakan
dari mereka yang sudah terlanjur terjerumus ke dalam pergaulan bebas, hidup
mereka perlahan akan kacau yang akhirnya dapat menyebabkan kehancuran bagi masa
depan mereka dan tidak sempat memperbaikinya.
·
Kriminalitas bisa menjadi salah satu
akibat dari kenakalan remaja. Bukan tidak mungkin bagi mereka akan memiliki
keberanian dalam melakukan tindakan yang lebih berbahaya seperti halnya
tindakan kriminal yang merugikan orang-orang disekitanya, misalnya mencuri demi
mendapatkan uang atau barang-barang berharga lainnya
Ø Contoh
Kenakalan Remaja
a. Tawuran
adalah contoh kenakalan remaja yang marak terjadi saat ini.
b.
Pesta
miras sekarang bukan hanya ada di kalangan
dewasa namun juga dibawah umur
c.
Balapan
liar kini sudah menjadi tradisi
d.
Merokok
bukan hanya marak di kalangan pria, namun juga wanita
e.
Narkoba
sangat Mudah ditemukan
f.
Prostitusi
kian marak di Indonosia
[1]
Pranata: Tingkatan pada kelas-kelas
social masyarakat
[2]Patologis:
Gejala sakit
[3]
Hukum Pidana: Hukum yang mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran terhadap
kepentingan umum dan perbuatan tersebut diancam dengan pidana yang merupakan
suatu penderitaan
[4]
Perilaku Delinkuen: Perilaku menyimpang dari norma
[5]
Sabotase: perampasan terhadap hak milik orang lain
[6]
Diagnosis: Identifikasi mengenai sesuatu
[7]
Tempertantrum: Suatu luapan emosi pada anak yang meledak-ledak dan tidak
terkontrol.
[8]
Ensefalitis: Peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus
[9]
Sindroma: Beberapa ciri-ciri klinis, tanda-tanda untuk menegakkan diagnosa
[10]
Hiperkinesia: Gerakan yang berlebihan secara abnormal dan fungsi yang meningkat
secara abnormal
[11]
Overprotective: tindakan pengekangan oleh orang tua kepada anak
[12]
Brokenhome: keadaan keluarga yang tidak harmonis
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari uraian
yang telah dikemukakan terdahulu dapat dinyatakan bahwa lingkungan pergaulan
para remaja dapat membentuk kepribadian dan kelakuan remaja dengan sangat
cepat. Hal itu ditambah lagi dengan adanya perkembangan teknologi pengiriman
informasi yang makin pesat, seperti internet, televisi, atau handphone.
Apabila
pergaulan yang dilakukan remaja bersifat baik, maka dia akan berkelakuan baik,
karena lazim di dalam pergaulannya. Dan, apabila pergaulan yang dilakukan oleh
remaja bersifat jelek, maka dia akan terpengaruh oleh pergaulan itu, karena
wajar dilakukan di pergaulannya. Akhirnya, dia akan melakukan perilaku yang
menyimpang.
Semua hal itu
harus kita lawan dan basmi dari pikiran dan kehidupan kita. Peran dari orang
tua, teman sejati, guru, dan masyarakat sangatlah dibutuhkan dalam
penanggulangan masalah ini. Peran ini harus dijadikan pedoman hidup,
rambu-rambu, larangan, dan contoh dengan baik dan berguna.
Masalah
pergaulan remaja juga dapat dijadikan sarana titik kebangkitan para remaja
dengan cara melakukan kegiatan yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain,
seperti mewakili sekolah masing-masing dalam perlombaan, melakukan penanaman
hijau, dan lain sebagainya. Dengan kegiatan tersebut, maka dapat membantu
remaja dalam menyiapkan masa depannya
Maka, sebagai kesimpulan khusus yang diperoleh dari analisis data ialah :
1. Lingkungan pergaulan dapat mengubah
kepribadian para remaja.
2. Remaja
dengan lingkungan pergaulan yang baik lebih baik kepribadiannya daripada
anak dengan lingkungan pergaulan yang jelek.
3. Peran orang
tua, teman, guru, dan masyarakat sangatlah dibutuhkan bagi remaja dalam bentuk
contoh dan nasihat untuk menghadapi masalah pergaulan remaja.
4. Timbulnya
rasa peduli terhadap lingkungan dan pergaulan remaja, setelah melakukan
perbuatan yang baik dan berguna.
3.2
Saran
Disarankan
kepada para pembaca remaja, agar tidak mudah terjebak dan terpengaruh terhadap
pergaulan remaja zaman sekarang, dengan cara membekali diri dengan agama yang
kuat dan wawasan yang luas, disertai dengan berbagai kegiatan yang berguna bagi
diri sendiri dan bagi orang lain.
Sedangkan
kepada pembaca selain remaja, saya ingin mengusulkan untuk selalu memberi
contoh dan nasihat kepada para remaja, dan melaksanakan program-program latihan
dan kegiatan untuk remaja, seperti karang taruna dan bakti sosial, agar
menumbuhkan rasa saling menyayangi antar sesama umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammad, 1987, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Bandung
Aksara.Arikunto, Suharsimi, 1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta RhinekaCipta
Atmasasmita, Romli, 1993, Problem Kenakalan Anak-anak Remaja (Yuridis Sosk Kriminologi), Bandung, Armico
Darajat, Zakiah, 1974 Problema Remaja diIndonesia, Jakarta, Bulan Bintang.
______, 1987 Pembinaan Remaja, Jakarta
Sembiring Mberguh, 2000, Kriminologi dan Remaja, Medan, UNIMED
Sudjana 1996, Metodologi Statistik, Bandung, Angkasa
Subekti R. Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Surahman Winarno, 1985 Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung, Tarsito
Willis S. Sofian, 1992 Problema Remaja, Bandung, Angkasa
_______, 1986 Kriminologi, Jakarta, Bina Aksara
_______, 1986, Patologi Sosial 2 dan Kenakalan Remaja, Jakarta, Rajawali
http://psikonseling.blogspot.com/2010/02/pengertian-kenakalan-remaja.html
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASHa7c5.dir/doc.pdf
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=12915
http://subandowo.blogspot.com/2008/08/kenakalan-remaja.html
Trimakasih, sangat bermanfaat :)
BalasHapus